Mungkin tak banyak yang menyadari kalau banyak
orang Barat tertarik pada pendidikan karena pada akhirnya ilmunya bertambah dan
terus dikembangkan. Bagaimana dengan orang Indonesia?
Sebuah fakta menarik yang diungkapkan Founder
Online Dating Setipe.com, Razi Thalib begitu mengejutkan. Dari data
agregasi atau kata kunci yang ia temukan pada setengah juta member-nya, ternyata orang
Indonesia sekolah karena untuk mendapat uang.
"Semakin tinggi level pendidikan (ijazah)
semakin penting faktor finansial (uang) dalam hubungan. Hal ini menjadi
indikator penting pendidikan di Indonesia sehingga orang meneruskan sekolah
bukan untuk mendapat ilmu tapi karena menyangkut pekerjaan dan uang,"
katanya, saat ditemui beberapa waktu lalu.
Selain itu, kata Razi, level harga diri juga
datang dari pendidikan. Rata-rata mereka yang berpendidikan rendah merasa harga
dirinya juga rendah sehingga dia tidak bisa mendapatkan istri yang lebih
sukses.
"Ini terbukti, ketika wanita sukses, hal
ini menjadi tantangan bagi pria. Itu sebabnya wanita cerdas dan sukses sulit
menemukan pria lokal," ungkapnya.
sumber : Link
PENTINGNYA SEBUAH NIAT.
Artikel diambil dari sumber : link
“Salah seorang ulama muslimin di abad ini
berkata: Tanyakan kepada sejarah, bukankah redupnya bintang peradaban kita
tidak terjadi kecuali pada hari bersinarnya bintang para artis.” (DR. Thoriq As
Suwaidan, Al Andalus At Tarikh Al Mushowwar)
Ketika para artis tampil seperti itu mendapat
bayaran yg sangat fantastis, sedangkan peneliti berjibaku seperti apa, tdk mendapatkan
penghargaan yg seharusnya. Ini bukan soal uangnya, tapi soal penghargaan
terhadap “iqra bismirabbika alladhi
khalaq”. Karena peradaban Islam dimulai dari sini, dari
cendikiawan, peneliti, dari para ilmuwan.
“Ilmu dihancurkan oleh hiburan. Nggak tau ya kalau ilmuwannya
suka hiburan..” ujar Ust. Budi Ashari, Lc. yang disambut tawa hadirin,
sebagai kalimat penutup talkshow interaktif “How to Manage a Genius” pada Rabu,
29 Oktober 2014.
Talkshow interaktif yang diselenggarakan dalam
rangka memeriahkan peringatan 1 Muharram ini terbilang cukup menarik. Perkataan
sang ustadz dihadapan puluhan peneliti yang hadir dirasa sangat mengena ke hati
nurani terdalam. Berikut saya share
dalam tulisan singkat ini.
***
Penyebab kejatuhan islam berabad-abad silam
adalah karena orang-orang pintarnya berselisih. Mereka bekerja karena uang,
menulis karena uang, sekolah karena uang. Dengan begitu, mudah terjadi gesekan.
Dengan cara begitulah islam jatuh! -> sampai kalimat ini jujur banyak dari
hati nurani para hadirin tertohok malu karenanya. Tapi tenang, kata ust. Budi itu
artinya bagus Anda masih punya hati nurani jika merasakan itu. Patut diakui,
itulah yang menjadi penyakit besar semua orang berilmu. Kalau kita orientasinya
dunia, mudah sekali terjadi gesekan. Tapi kalau kita orientasinya langit, tidak
akan terjadi gesekan.
Dunia, bahasa arab yang juga bahasa Al-Qur’an
yang artinya: dekat, pendek. Kalau niatnya dunia itu sering melelahkan, karena
berfikir pendek-pendek. Takkan pernah ada karya besar dengan niat atau cara
berfikir seperti itu. Karena itu berfikir panjang supaya tidak melelahkan.
Orang yang berfikiran panjang dia tahu target
akhirnya. Ketika dihina, dicaci, disikut, disalip, bahkan dia mempersilahkan
orang menyalip “oh ya silahkan saya segini nggak
apa-apa” . Nanti suatu saat di jalan dia bertemu sama orang itu,
dlm keadaan orang itu sudah terkapar kelelahan duluan, karena berfikir pendek.
“Allah akan mengangkat orang-orang yang
beriman dan diberikan ilmu di antara kalian beberapa derajat. Allah Maha
mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al Mujadilah [58] : 11). Islam
sangat menghormati orang yang berilmu. Namun Iblis tidak suka dengan orang yang
menuntut ilmu. Manusia di dorong untuk bodoh oleh iblis.
Konon manusia melawan dengan cara menuntut ilmu,
sekolah setinggi-tingginya. Iblis pun mendukung sampai setinggi-tingginya,
kemudian dijatuhkan serendah-rendahnya lagi dengan cara menanamkan nilai di
kepala kita “orientasi ilmunya untuk cari uang, cari dunia, bukan mencari ridho
Alloh SWT”. Yang bodoh salah karena kebodohannya, yang pintar bahkan bisa jadi
menolak kebenaran dengan ilmunya. Begitulah cara iblis menyesatkan manusia
berilmu.
Jika iblis menggoda dari berbagai penjuru, maka
di manakah tempat yang aman? Iblis tidak sanggup menyerang dari atas dan bawah.
Kenapa?
Dalam Qur’an surat Al Mulk, 67:5 disebutkan “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit
yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu
alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang
menyala-nyala.”
“Saya nggak
tau IQ nya iblis berapa yang jelas pengalamannya sudah banyak.
File-file nya sudah banyak. Mau goda dari depan-kanan kiri tidak masalah.
Orang-orang jadi senang memakai istilah iblis, sayap kiri, sayap kanan. Jadi
ekstrimis-ekstrimis itu kerjaan iblis”. – Ust.Budi.
Kalau ke atas kita mendekat pada Alloh SWT,
iblis tidak bisa memotong itu. Kalau ke bawah sudah dikubur sudah selesai
urusan dengan iblis. Maka tempat yang paling aman adalah di tengah-tengah.
Karena itu, konsep islam selalu di tengah. “Kami jadikan kamu umat yang
tengah”. Tengah bisa jadi yang benar. Tidak ekstrim pada suatu pemahaman, tidak
ekstrim di kutub tertentu.
Posisi tengah sangat penting dalam islam. Contoh
dalam ekonomi ada dua kutub ekstrim berlawanan, kutub liberal dimana
kepemilikan pribadi dibebaskan sebebas-bebasnya. Atau kutub sosialis dimana
kepemilikan pribadi tidak diakui sama sekali. Islam di mana? Di tengah!
Demikian pula soal kepemimpinan, ada dua
pemahaman ekstrim, Jabariyah yang menganggap manusia seperti wayang, tidak
bergerak kecuali digerakkan oleh dalang. Serta Qadariyah, tidak ada
takdir-takdiran, semua gimana usaha. Islam di mana? Di tengah-tengah.
Aqidah yang tengah, ummat yang tengah. Yang
tengah itu yang terbaik.
Tergambar juga sedikit cerita tentang tempat
dimana kejayaan ilmuwan islam berkumpul pada masa lalu, yakni Baitul
Hikmah di masa pemerintahan Bani Abbasiyah khususnya di masa khalifah
Al-Makmun. Dimana saat itu merupakan puncak golden
age kejayaan ilmu pengetahuan kaum muslimin. Ilmuwan islam tidak
hanya menguasai satu bidang kepakaran saja, tak ada satupun ilmuwan yang hanya
menguasai satu bidang, tapi tiap ilmuwan pasti menguasai beberapa bidang
sekaligus. Istilahnya, Al-Lamah,
pakar di semua bidang ilmu. Berbeda dengan profesor masa kini yang hanya
menguasai satu bidang ilmu saja itupun hanya sub atau bagian terkecil tertentu
saja.
Alloh SWT sangat menghargai ahli ilmu.
Ditempatkan di tempat bergengsi. Ilmuwan islam pada masa itu sangat
diperhatikan dan difasilitasi. Selain mendapat bayaran yang sangat tinggi, semua
keluarganya ditanggung negara. Sampai rumput untuk kudanya pun disediakan oleh
negara. Kalau ilmuwannya membuat buku hadiahnya bukan uang, melainkan ditimbang
bukunya kemudian diberi hadiah emas seberat timbangan itu. Semua fasilitas
untuk lembaga penelitian gratis. Termasuk makan bagi siapapun yang mau belajar
di tempat itu.
Sesungguhnya inovasi telah dilahirkan sejak
berabad-abad silam di masa kejayaan Islam dan dikembangkan sendiri oleh para
ilmuwan Islam. Dan mereka (para ilmuwan), adalah ilmuwan yang cerdas dalam arti
sebenarnya, karena mereka tidak berorientasi pendek untuk dunia saja melainkan
orientasi jangka panjang untuk akhirat. Imam Syafii berkata bahkan mengemukakan
bahwa “Jika kau punya hati yang qanaah maka kau dan raja dunia ini sama”
Jadi untuk apakah kita berkarya? Untuk apakah
kepintaran dan ke-geniusan yang dianugerahkan kepada kita dimanfaatkan? Apakah
kita hanya akan memasang terget-target jangka pendek yang melelahkan, atau
justru memasang target jangka panjang yang sesungguhnya?
Barangkali kita merupakan produk masa lalu
dimana sejak kecil kita dijejali doktrin untuk bersekolah setinggi langit agar
mendapatkan pekerjaan yang bagus. Sehingga kita menuntut ilmu atas dasar target
duniawi. Tidak tulus karena Alloh SWT. Ini jelas salah besar. Mengapa salah niat itu bahaya?
Jelas. Hadits sahih. Sudah dibahas panjang lebar oleh para ulama bahwa “Segala amalan itu tergantung niatnya.” Hanya
sikap qanaah dan syukur yang dapat menyelamatkan kita dari niatan menyimpang
sebagai ilmuwan.
Kejayaan ilmuwan islam di masa lalu mengatakan
bahwa para ilmuwan meneliti dan mengkaji ilmu itu bersumber pada Al-QUr’an dan
hadits. Pada masa itu, Al-Qur’an dan hadits menjadi acuan segala ilmu.
Sebagai contoh, qur’an bilang akhir zaman akan
banyak gempa maka peneliti mengembangkan bangunan tahan gempa jika peneliti itu
visioner mengkaji qur’an untuk bahan penelitiannya. Tentang antibiotik pun
telah disebutkan dalam hadits, kemudian peneliti dapat meneliti antibiotik yang
bersumber dari tanah. Karena Rasulullah bilang kalau terkena najis anjing harus
dicuci 8x salah satunya dengan tanah, karena tanah dapat mematikan kuman.
Jadi yang seharusnya dikirim ke pesantren untuk
belajar dan mengkaji Al-qur’an adalah orang-orang cerdas. Agar ilmunya dapat
digunakan untuk menyelamatkan umat manusia. Para ilmuwan dapat menjadikan
Al-Qur’an dan hadits sebagai acuan untuk bahan penelitian dan kajiannya.
Sumber : link



0 komentar:
Posting Komentar