APA ITU KEHIDUPAN KAMPUS?
Kehidupan
kampus sudah di depan mata. Berbagai bayangan tentang asam manis kehidupan di
dalamnya pasti terbesit di benak calon-calon pemimpin bangsa yang akan melewati
fase sebagai mahasiswa. Usut punya usut, fase paling berat yang akan dilewati
sebelum memasuki dunia yang sesungguhnya. Namun, apabila kita dapat menikmati
proses yang ada, semua akan terasa luar biasa bermakna.
Dunia
perkuliahan bukan lagi seperti dunia sekolah yang serba tertata. Jadwal
pelajaran tertata dengan baik dan seragam. Jadwal istirahat juga tersedia dan
dilaksanakan serempak antara satu siswa dengan siswa yang lain. Kegiatan
ekstrakulikuler juga selalu terjadwal di luar jam sekolah. Semua anak dapat
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler sesuai bakatnya tanpa mengganggu jam
pelajaran sekolah. Namun, tidak demikian dengan kehidupan kampus. Setiap
mahasiswa memiliki jadwalnya masing-masing. Mata kuliah yang diambil mahasiswa
satu dengan mahasiswa yang lain belum tentu sama. Kelas yang diambil oleh
mahasiswa satu dengan mahasiswa yang lain bisa jadi berbeda ruangan atau bahkan
berbeda gedung. Jeda kuliah belum tentu serempak. Kegiatan di luarjam kuliah
pun belum tentu sama. Ini yang akan menjadi tantangan mahasiswa memenajemen
waktu.
![]() |
| Mahasiswa via commdept.fisip.ui.ac.id/ |
Lingkungan
kampus di setiap universitas atau fakultas ini berbeda-beda warnanya. Ada
fakultas yang mempunyai atmosfer semangat belajar yang tinggi. Kegiatan
mahasiswa di dalamnya adalah diskusi, kerja kelompok, ataupun praktikum. Ada
juga fakultas yang memiliki atmosfer semangat mengabdi yang tinggi. Kegiatan
mahasiswa di dalamnya adalah belajar di lapangan dan terjun ke lingkungan untuk
mempelajari realitas yang terjadi di masyarakat. Mereka terjun untuk meneliti permasalahan
yang terjadi di masyarakat dan mencari solusinya. Ada juga fakultas yang
memiliki atmosfer bela negara yang tinggi. Kegiatan mahasiswa di dalamnya
adalah belajar, membaca buku, diskusi, konsolidasi, kajian, dan kadang juga
melakukan aksi. Ada juga fakultas yang memiliki atmosfer seni yang tinggi.
Kegiatan mahasiswa di dalamnya adalah belajar, latihan seni pertunjukan, seni
musik, seni tari, seni lukis, dan tak jarang mereka mempersembahkan pagelaran
untuk dinikmati oleh masyarakat. Semua kehidupan kampus yang tergambar di atas
merupakan warna-warni dan keberagaman dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh mahasiswa. Tidak ada kegiatan yang lebih baik maupun kegiatan yang lebih
buruk. Semua kegiatan tersebut dilakukan sesuai disipilin ilmu masing-masing
fakultas. Bila dikembangkan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh setiap
mahasiswa dapat menjadi keberagaman keahlian yang nantinya dapat saling
melengkapi.
Oke. Itu sekilas tentang kehidupan kampus secara umum.
| Fakultas Ilmu Budaya UGM via Indoplace.com |
SELAYANG PANDANG FIB UGM
Secara khusus,
penulis ingin mengulas sedikit tentang kehidupan kampus di Fakultas Ilmu
Budaya. Fakultas yang memiliki berjuta romantisme dalamnya. Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM) terletak di Jalan Sosio Humaniora,
sebelah timur Grha Sabha Pramana. Rata-rata bangunan adalah bangunan tua yang
masih berdiri dengan kokoh. Bangunan itu menjadi saksi bisu jerih payah beribu
sarjana yang telah diluluskan oleh fakultas ini.
Fakultas
Ilmu Budaya berdiri sejak 3 Maret 1946 dengan nama Faculteit Sastra, Filsafat,
dan Keboedajaan. Fakultas ini pernah berganti nama sampai enam kali hingga kini
bernama Fakultas Ilmu Budaya.
Di dalam
perkembangan terakhir, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada
menyelenggarakan pendidikan Program Sarjana jenjang S1, dan Program
Pascasarjana jenjang S2 dan S3. Jenjang S1 terdiri atas 11 Program Studi yaitu
Antropologi Budaya, Arkeologi, Ilmu Sejarah, Sastra Arab, Sastra Indonesia,
Sastra Inggris, Sastra Jepang, Bahasa Korea, Sastra Nusantara, Sastra Prancis,
dan Pariwisata. Di samping itu, Fakultas Ilmu Budaya juga menyelenggarakan
pengajaran bahasa dan kebudayaan Indonesia untuk orang asing yang dikelola oleh
Unit Pelayanan Pengajaran Bahasa dan Budaya Indonesia atau Indonesian Culture
and Language Learning Services (INCULS).
REALITAS BUKU, CINTA, DAN PESTA
Kehidupan mahasiswa FIB selo? Wah! Benar banget!
Akan tetapi, jangan salah kaprah memaknai arti selo di dalam
konteks ini. Selo bukan berarti perpustakaan FIB sepi pengunjung. Selo bukan
berarti presensi kehadiran mahasiswa dibawah 75%. Selo bukan berarti nongkrong
di kampus tanpa tujuan pasti. Mahasiswa FIB selo karena mempunyai tiga konsep
kehidupan kampus yang selama ini dinikmati prosesnya oleh mahasiswa FIB.
Pertama adalah buku. Buku identik dengan kegiatan membaca.
Hakikatnya,
tugas utama seorang mahasiswa adalah belajar. Oleh karena itu, buku menjadi
makanan utama mahasiswa, apalagi di Fakultas Ilmu Budaya ini. Rata-rata jurusan
di Fakultas ini adalah sastra dan bahasa. Bagaimana mungkin, mahasiswa sastra dan
bahasa menghadiri perkuliahan tanpa membaca buku? Novel, cerpen, dongeng,
komik, dan jenis buku lain merupakan makanan sehari-hari anak sastra selain
buku atau modul wajib perkuliahan. Buku begitu dekat dengan kehidupan mahasiswa
sastra. Hampir tidak mungkin mahasiswa sastra tidak membaca buku. Selain dapat
memperkuat pemahaman ketika mengikuti perkuliahan, membaca buku, novel, cerpen,
dongeng, ataupun komik juga dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan. Kita akan
ketinggalan obrolan seru dengan teman jika tidak memperkaya diri dengan membaca
buku. Karena itu, buku adalah kunci bagi mahasiswa ilmu budaya. Mahasiswa ilmu
budaya juga pantang menulis tanpa menggunakan buku sebagai sumber acuan. Selain
buku, mahasiswa ilmu budaya juga terbiasa membaca jurnal sebagai referensi
sampingan selain buku. Informasi dari internet adalah pilihan terakhir. Suatu
kebanggaan tersendiri apabila mahasiswa dapat menghasilkan tulisan tanpa
internet sebagai sumber acuan.
Selain itu,
dari membaca buku, mahasisawa FIB dapat melakukan diskusi di beberapa ruang
terbuka publik yang disediakan oleh fakultas. Mahasiswa FIB biasa menyebutnya
dengan Bangtem (bangku item), bangcok (bangku coklat), bangjo (bangku ijo),
selasar, MEC, dan masih banyak lagi ruang terbuka publik lain yang biasa
digunakan mahasiswa FIB untuk ngobrol-ngobrol seru, kerja kelompok, mengerjakan
tugas, dan lain sebagainya.
Kedua adalah cinta. Bukan tidak mungkin kau akan
menemukan jodohmu di sini.
Manis
pahitnya dunia kampus belum lengkap tanpa bahasan tentang cinta. Berbagai
drama-dramaan kampus sering terjadi di sini. Akan banyak tempat menjadi saksi
romantisme kisah-kisah cinta mahasiswa FIB. Menyenangkan bukan?
Namun,
rupanya cinta itu luas. Bukan hanya kisah cinta antar mahasiswa dan
mahasiswinya. Kisah cinta juga terjadi antara mahasiswa dan fakultasnya. Banyak
cinta yang bertebaran. Ada mahasiswa yang cinta terhadap jurusannya sehingga ia
mencurahkan hatinya pada kegiatan-kegiatan yang dapat menambah gaung nama
jurusannya di lingkup fakultas maupun luar fakultas.
Ada rasa
cinta dari aktivis organisasi terhadap teman-temannya yang membutuhkan
informasi dan pelayanan. Sebagai contohnya, LEM FIB menyediakan kontak nomor
Advokasi 24 jam agar dapat dihubungi sewaktu-waktu. Mahasiswa dapat
menyampaikan keluh kesahnya mengenai fasilitas maupun kebijakan-kebijakan
fakultas. Beberapa mahasiswa tertolong nasibnya dari akibat tidak bisa membayar
UKT berkat bantuan dari para aktivis organisasi. Selain itu, ada cinta
mahasiswa FIB terhadap masyarakat. Hal itu dibuktikan dengan bentuk
menyelenggarakan program desa binaan.
Ada juga
mahasiswa yang cinta terhadap pedagang-pedagang kantin. Mereka mencurahkan
hatinya untuk di kantin. Bukan sekedar tempat untuk membeli makan ketika lapar,
kantin FIB atau yang biasa disebut Bonbin juga merupakan ruang terbuka publik
yang dicintai mahasiswa. Di sana mereka dapat berkumpul, berdiskusi, berkeluh
kesah, dan bertukar pikiran. Saking cintanya terhadap kantin dan pedangangnya,
terdapat rasa saling percaya antara pedagang dan mahasiswa ketika akhir bulan
telah tiba. Pedagang dan mahasiswa percaya hutang adalah cara terbaik untuk
menyelematkan perut dan dagangan. Hutang menyelamatkan perut mahasiswa yang
kelaparan. Hutang juga menyelamatkan dagangan agar tidak basi dan terbuang
dengan mubadzir. Karena ada rasa saling percaya yang demikian, apa namanya
kalau bukan cinta?
Ketiga adalah pesta. Inilah ajang unjuk gigi kebolehan
dirimu atau kebolehan jurusanmu!
Bukan hanya
belajar pada buku. Mahasiswa FIB juga belajar dari pesta. Lho? Kok bisa? Iya.
FIB merupakan fakultas yang memiliki sebelas jurusan di dalamnya. Sebelas
jurusan itu masing-masing mempunyai himpunan mahasiswa jurusan. Biasanya, pada
akhir tahun, HMJ-HMJ ini akan unjuk gigi program andalan dari jurusan mereka.
Program andalan ini tentunya menunjukkan eksistensi dan ciri khas jurusan
masing-masing. Ini yang sering disebut sebagai pestanya mahasiswa FIB. Sebagai
contoh, ada Program History Week dari Ilmu Sejarah, Program English Day dari
Sastra Inggris, Program Bulan Bahasa dari Sastra Indonesia, dan masih banyak
program dari jurusan lain. Program-program tersebut dipersembahkan untuk
masyarakat agar dapat diambil manfaatnya.
Dalam
pelaksanaannya, program andalan jurusan masing-masing tentu memiliki sekumpulan
orang bernama panitia yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyukseskan
program andalan masing-masing jurusan tersebut. Untuk dapat mewujudkan program
andalan yang sukses, panitia harus berproses dari awal hingga akhir. Dalam
proses tersebut, terdapat interaksi di dalamnya. Bukan hanya interaksi, dalam
kepanitiaan kita akan dapat menemukan apa itu yang namanya birokrasi, apa itu
yang namanya diplomasi, apa itu yang namanya solusi, dan apa yang namanya
profesionalisme. Semuanya didapatkan di sana jika kita mau terlibat dalam
persiapan sebuah pesta. Bukan tidak mungkin semua hal yang pernah didapat
selama kepanitiaan akan berguna ketika hidup dalam dunia kerja atau di dunia
masyarakat yang sesungguhnya.
Pesta lain
yang dapat ditemukan di FIB adalah penyaluran minat dan bakat serta organisasi.
Ada belasan Badan Seni Otonom (BSO) yang dapat menampung minat dan bakat
mahasiswa FIB. Begitu meriahnya kehidupan mahasiswa.
Nah.
Teman-teman, persiapan sebuah pesta terkadang lebih meriah daripada pestanya.
Itu artinya, menikmati sebuah proses terkadang jauh lebih menyenangkan daripada
menikmati hasil yang tidak kita tahu bagaimana prosesnya. Selamat menjadi
mahasiswa! Selamat berproses teman-teman!
Salam.
Opini dari mahasiswa yang sedang menikmati proses.
Suzash Gribisy <suzash.grib@gmail.com>




Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai sastra. Sastra merupakan sesuatu yang penting yang harus diajarkan bagi pelajar Indonesia. Saya memiliki beberapa pembahasan sastra yang bisa anda kunjungi di www.lepsab.gunadarma.ac.id
BalasHapus